LEBSI NEWS - Pertemuan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, mengundang banyak spekulasi politik.
Meskipun secara resmi, Partai Demokrat menyatakan ini kunjungan balasan setelah Surya Paloh menyempatkan diri menjenguk SBY saat menjalani prosedur medis di Rochester, Amerika Serikat, pada Desember 2021 lalu.
Namun sejumlah pengamat meyakini pertemuan pucuk-pucuk pimpinan Partai Demokrat dan Partai Nasdem di Menara Nasdem (5/6), bukan hanya sekadar silaturahmi.
Apalagi pertemuan ini hanya sehari setelah silaturahmi nasional Partai Golkar, PPP dan PAN yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) (4/6).
“Ingat Pak SBY sudah menyatakan mengundurkan diri dari day to day politics dan sudah menegaskan tidak ada matahari kembar di Partai Demokrat,” kata peneliti Pusat Kajian Publik Pemerintah (Puskappi), Bobby Darmanto, Rabu (8/6).
Bobby juga menuturkan, jika sampai SBY sampai turun gunung pastilah ada sesuatu yang istimewa. Mengingat SBY dan Paloh merupakan dua tokoh politik nasional yang selalu diperhitungkan.
“Pak SBY dan pak Surya sudah puluhan tahun malang melintang dalam panggung politik Indonesia sejak era Orde Baru. Pertemuan di Nasdem Tower ini pasti sudah dikalkulasi dengan baik, termasuk mengapa SBY yang datang ke tempat Nasdem, dan mengapa Surya Paloh menerima dengan hangat hingga berjam-jam,” ujarnya
Bobby menduga, SBY mengisyaratkan dirinya tidak ingin berperan menonjol dalam percaturan koalisi politik ini.
Hadirnya AHY juga mengisyaratkan bahwa dia yang membuka jalan untuk pertemuan kedua tokoh bangsa ini, mengingat akhir Maret lalu, AHY menemui Surya Paloh di Nasdem Tower.
“Dengan kata lain, AHY-lah yang menjadi playmaker,” ujarnya.
Merujuk pada kunjungan AHY ke berbagai tokoh nasional dan selalu diterima dengan baik, Bobby meyakini, AHY bahkan bisa menjadi playmaker dalam percaturan politik membentuk koalisi partai-partai politik saat ini.
“Poros Demokrat-Nasdem bisa menjadi alternatif baru, koalisi yang segar, yang lebih merefleksikan semangat perubahan, ketimbang kombinasi partai Orde Baru seperti Golkar dan PPP, atau rezim partai status quo seperti PDIP dan Gerindra,” paparnya.
Bobby juga menuturkan, dengan adanya formasi seperti ini, maka bisa difahami jika kemudian PKS akan bergabung dengan poros Demokrat-Nasdem ini, dengan sama-sama mengusung semangat perubahan dan perbaikan atas kesulitan-kesulitan yang ditanggung masyarakat pada saat ini.
“Ketiga partai ini sudah cukup memenuhi syarat ambang batas Presiden 20 persen,” imbuhnya.
Bahkan, lanjutb Bobby, tidak mungkin partai-partai politik koalisi pemerintah akan terpikat untuk bergabung juga melihat daya tarik poros koalisi baru ini.
Koalisi pemerintah kan sekarang koalisi yang pragmatis, diikat oleh kepentingan jangka pendek.
“Jika ada yang lebih disukai rakyat dan lebih prospektif untuk menang, masak sih mereka tidak ingin ikut?” tanya Bobby.
Dalam spekulasi politik hari ini Pertemuan SBY, AHY dan Surya Paloh ini makin menguatkan prediksi banyak pihak akan munculnya pasangan Anies Baswedan-AHY sebagai alternatif poros kepemimpinan nasional yang baru.
Bahkan salah satu survei nasional yang dilakukan pada periode 23-28 Mei 2022 oleh Indonesia Political Opinion (IPO), pasangan Anies-AHY diprediksi meraup elektabilitas 27,1 persen, lebih tinggi dari pasangan Puan Maharani-Ganjar Pranowo (26,8 persen), Airlangga Hartarto-Ganjar Pranowo (18,5 persen), atau Puan Maharani-Erick Thohir (14,6 persen). Tingkat kepercayaan survei ini adalah 95 persen, dengan margin of error 2,9 persen.
Ini diperkuat oleh analisa big data yang menunjukkan volume percakapan dan pemberitaan positif tentang AHY yang disambut hangat Anies Baswedan di sirkuit Formula E, Ancol (4/6), lebih besar daripada tentang silatnas KIB yang berlangsung pada hari yang sama.
Sumber: Manadopost