Ketahuan! Ferdy Sambo Ganti Semua Isi Ponsel Yang Kini Disita Polri, Komnas HAM Temukan 'Bukti Ancaman' -->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Ketahuan! Ferdy Sambo Ganti Semua Isi Ponsel Yang Kini Disita Polri, Komnas HAM Temukan 'Bukti Ancaman'

Monday, August 22, 2022 | August 22, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2022-08-22T13:45:45Z

Ketahuan! Ferdy Sambo Ganti Semua Isi Ponsel Yang Kini Disita Polri, Komnas HAM Temukan 'Bukti Ancaman'

LEBSI NEWS - Komnas HAM mengungkap soal sejumlah HP di kasus pembunuhan Brigadir Yosua atau Brigadir J yang diganti. 


Selain itu, hingga kini HP milik Brigadir J belum ditemukan. Diduga, Irjen Ferdy Sambo yang meminta HP-HP ini diganti.


Hal itu diungkap oleh Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam, dalam rapat dengan Komisi III DPR di gedung DPR, Jakarta, Senin (22/8/2022). 


Komnas HAM mengungkapkan hasil penelusuran atas jejak digital HP terkait komunikasi Brigadir J dan pacarnya, Vera. 


Dari penelusuran ini, diketahui memang sempat ada ancaman pembunuhan dari skuad lama yang ternyata Kuat Ma'ruf, ART Irjen Ferdy Sambo.


"Karena ini ada komunikasi dan sebagainya, kami minta ada rekaman jejak digital di situ yang kami tanyakan ke teman-teman timsus. Saya berkomunikasi dengan Pak Irwasun," ujar Choirul Anam.


"Tolong minta supaya ini HP-HP dihadirkan yang sudah disita polisi, minta raw material-nya. Di situlah kami mendapat banyak hal. Termasuk komunikasi dengan Vera, betul ada komunikasi (ancaman pembunuhan) seperti itu," lanjutnya.


Dia juga mengungkap bahwa memang betul ada komunikasi yang menunjukkan Brigadir J menangis. Namun hal ini tidak terkait dengan kasus.


"Betul juga ada nangis-nangis, itu urusan pribadi nggak ada urusan dengan kematian," tuturnya.


Penelusuran pun berlanjut. Namun ternyata sudah banyak HP yang sudah diganti.


"Merangsek lagi kami. Karena ADC (analog to digital conversion) ini ketika ditanya mana HPnya dan sebagainya. Tetapi hpnya seperti yang dijelaskan Pak Ketua, sudah banyak yang diganti," ujarnya.


Tidak hanya HP yang diganti. Rekam jejak digital HP juga tidak ada.


"Tidak hanya pergantian HP, tetapi juga rekam jejak digital hpnya juga nggak ada. Nah itu catatan kami. Nah itu berangkatnya dari komunikasi Yosua dan Vera," ungkapnya.


Selain itu, ada grup WhatsApp (WA) yang tidak tidak ada. Choirul Anam mengatakan hilangnya grup WA ini perlu dilacak.


"Ada beberapa grup WA dalam catatan kami ada 3 grup WA. Yang itu dulunya pernah ada. Tapi nggak ada karena HP-nya ganti. Terus ada, yang 10 ke bawah nggak ada lagi komunikasi dan sebagainya. Itu yang menurut kami jadi penting untuk dilacak," ujarnya.


Lebih lanjut, Anam menjelaskan bahwa fisik HP Yosua tiba-tiba tidak ada. Bahkan hingga saat ini HP milik Yosua belum ditemukan.


"Yang kedua memang fisik HP-nya juga hilang. Jadi fisik HP-nya ini tiba-tiba nggak ada. Nggak hanya hpnya Yosua. HP-nya Yosua sampai sekarang belum ketemu," tuturnya.


Siapa yang melakukan penggantian HP? Berdasarkan informasi yang didapatkan, Irjen Ferdy Sambo meminta kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pembunuhan berencana ini untuk mengganti HP lama dengan HP baru. Hal ini dilakukan agar jejak percakapan mereka tidak terlacak.


"Kalau Pak Topan bilang komunikasi HP dengan HP dan lain sebagainya, kami juga mendapatkan salah satu yang juga penting adalah perintah untuk terkait barang bukti, itu supaya dihilangkan jejaknya. itu juga ada," kata Choirul Anam.


"Jadi jejak digital itu kami mendapatkan," sambungnya menegaskan.


Anam mengatakan, atas dasar itulah Komnas HAM meyakini adanya upaya obstraction of justice sejak awal. 


Ini yang membuat pengungkapan kasus pembunuhan Brigadir Yosua jadi terhambat.


Anam menambahkan, penyidik Polri memang menyatakan telah mendapatkan rekaman CCTV terkait pembunuhan Brigadir Yosua di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo di Duren Tiga, Jakarta Selatan. Namun itu adalah CCTV di pos sekuriti, bukan di dalam rumah dinas tersebut.


"Di dalam rumah ada CCTV yang penting, tapi itu tidak berfungsi karena decoder-nya berdasarkan foto yang kami dapatkan juga, itu sudah berantakan," jelas Anam.


Diketahui, bekas Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo jadi tersangka utama atau dalang kasus pembunuhan terhadap Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J. 


Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik mengatakan Sambo mengaku mengatur skenario pembunuhan, merusak tempat kejadian perkara (TKP) hingga menghilangkan barang bukti.


Pengakuan Irjen Ferdy Sambo itu berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pihak Komnas HAM.


"Dia mengakui dua hal. Dialah yang merencanakan pembunuhan. Kedua, dia yang menjadi otak obstruction of justice dengan merusak TKP, menghilangkan barang bukti, membuat skenario seolah-olah ada kekerasan seksual di rumah dinas," ujar Ahmad Taufan Damanik, Sabtu (20/8/2022).


Komnas HAM melakukan pemeriksaan terhadap Irjen Ferdy Sambo pada Jumat (12/8) di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok. 


Mantan Kadiv Propam Polri ini turut mengakui merekayasa skenario baku tembak Bharada E dengan Brigadir J.


"Kemudian terjadi tembak-menembak antara Bharada E dan Yosua serta melakukan disinformasi. Itu dua hal pokok yang dia akui dalam pemeriksaan dengan kami," paparnya. [Democrazy]

Iklan

×
Berita Terbaru Update
close