LEBSI NEWS - Dengan langkah Jokowi menaikkan harga BBM yang berdampak pada naiknya harga pangan dan inflasi, Indonesia era Jokowi bakal tersapu Siklus 20 tahunan yang selalu melanda negeri ini, jatuh bagai rumah kardus dihantam badai, seakan kutukan sejarah bagi rezim-rezim yang korup, banyak utang dan tidak amanah kepada rakyatnya. Rakyat yang miskin, nrimo, pasrah dan menderita melihat elite penguasa telah panik sehingga ngotot naikkan harga BBM. Seharusnya rezim Jokowi berbenah diri dan bergegas cepat secara kreatif dalam merespon menguatnya krisis keuangan dewasa ini, sekaligus menjadi pelayan dan pengayom rakyat yang lemah, melarat, marginal dan tertinggal. Para oligar, elite negara dan elite ekonomi harusnya rela berkorban untuk rakyat, bukan malah memperdaya rakyat dengan mencabuti subsidi untuk mensubsidi keuangan negara demi kepentingan oligarki, elite dan konglomerat semata. Sesungguhnya, krisis ekonomi-politik ini sudah menyeruak sebelum Corona datang, dan bertambah kronis dengan tingginya utang (sekitar Rp 7000 Trilyun) dan petaka covid/Perang Ukraina-Rusia yang berdampak negatif pada bangsa kita.
,Demikian ‘’peringatan’’ dari akademisi senior Sekolah Pasca Sarjana Universitas Paramadina Herdi Sahrasad terhadap segenap elite dan jajaran Kabinet Jokwoi dan birokrat pemerintahannya yang bersikap business as usual dan tidak punya sense of crisis, senses of urgency dan sense of direction.
Akibatnya, keresahan sosial meluas dan gerakan mahasiswa menyeruak ke arena pergolakan . BEM-BEM se-Indonesia, GMNI, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), PMII, PMKRI dan GMKI Gema Hindhu dll telah memanggil kaum muda dan mahasiswa untuk berpikir dan bergerak membela kepentingan rakyat kecil, rakyat banyak yang galau, susah dan nelangsa.
Herdi melihat, isu ketidakadilan telah menggelembung di sanubari rakyat kita, dan aksi demo mahasiswa dan pekerja dimaksudkan untuk membuka hati dan jiwa pemerintah Jokowi yang berkuasa, bahwa ekonomi rakyat makin terpuruk dan kegagalan elite kuasa telah menuai kutuk.
Jokowi harus membatalkan kenaikan harga BBM kalau tak ingin tumbang disapu Siklus 20 Tahunan sejak 1965/66. 1997/98 dan kini 2022/2023. Dan rakyat bakal bersatu untuk menggugat semua kebijakan naiknya harga BBM, juga UU Cipta Kerja/Omnibus Law, UU Minerba, dan UU lain yang dinilai cacat. Dan kini rapat-rapat umum terbuka dan tertutup merebak di mana-mana, tatkala mana tokoh-tokoh masyarakat dan agama yang resah dan waspada, berdiskusi menolak pelbagai kebijakan Jokowi yang jelek termasuk naiknya BBM ini.
Kata Herdi, masyarakat dan mahasiswa serta ruang-ruang keluarga menilai sama sekali tidak ada alasan untuk menaikkan harga BBM, masih ada alternatif terobosan, dan gagasan terobosan itu telah disampaikan ekonom senior DR Rizal Ramli.
''Kalau prediksi dan perkiraan saya di atas tidak terlalu meleset, maka kejatuhan rezim Jokowi disapu Siklus 20 Tahunan, hanya menunggu waktu karena naiknya harga BMM sangat memberatkan rakyat dan menjadi musuh bersama semua anak bangsa di lapisan menengah ke bawah, sungguh rakyat kita nelangsa dan sengsara. Semoga Allah SWT menolong bangsa kita mengatasi ini semua,'' kata Sahrasad.