MASA dari Dewan Pengurus Nasional Forum Komunikasi Nakes dan Non Nakes Indonesia (DPN FKHN Indonesia) menggelar aksi unjuk rasa di depan istana negara. Aksi tersebut adalah bentuk dari keprihatinan DPN FKHN Indonesia atas nasib tenaga tenaga Nakes yang diperlakukan tidak adil oleh negara.
Adalah hal yang wajar jika para tenaga Nakes ini protes akan nasib kesejahteraan nya. Karena para nakes ini adalah pahlawan ketika Covid 19 terjadi. Mereka garda terdepan ketika wabah Covid 19 nyaris melumpuhkan kehidupan bangsa ini. Mereka bahkan mempertaruhkan nyawanya untuk menghadapi Covid-19. Tetapi Kesejahteraan mereka jauh dari cukup bahkan ada yang digaji 800.000 sebulan.
Dan amat wajar jika para Nakes ini membandingkan nasib mereka dengan pegawai pegawai BUMN. Yang memiliki gaji gaji yang besar. Sehingga para Nakes ini merasa keberadaan mereka dianggap anak tiri oleh negara tidak seperti pegawai BUMN yang seolah dianggap sebagai anak kandung bahkan anak kesayangan oleh negara.
Aksi yang dilakukan oleh ratusan orang tersebut dilakukan dalam kondisi hujan lebat. Meskipun hujan lebat massa aksi tetap melanjutkan aksinya menyuarakan suara nakes se-Indonesia yang kesejahteraannya tidak diperhatikan oleh Negara.
Menurut perwakilan Nakes yang berbicara di mobil sound kesejahteraan mereka merasa sama sekali tidak diperhatikan oleh negara. Masih banyak tenaga tenaga Nakes di daerah - daerah yang digaji 800.000 sebulan bahkan ada yang hanya 200.000 sebulan berbeda sekali dengan apa yang diterima pegawai pegawai BUMN yang kerjanya enak di ruangan ber AC dan mendapat gaji yang besar jutaan rupiah setiap bulannya.
Demo kali ini mereka menyampaikan tuntutan kepada presiden yang disampaikan kepada kantor Kepala Staf Kepresidenan agar Presiden memperhatikan kesejahteraan para tenaga Nakes ini yang sudah mempertaruhkan nyawanya untuk menolong masyarakat yang sakit tetapi tidak mendapat perhatian oleh Negara. Mereka berharap para nakes ini diperhatikan kesejahteraannya dan diangkat menjadi ASN. Semoga perjuangan para nakes ini dapat terwujud.
OLEH: ACHMAD NUR HIDAYAT
Sumber: rmol