KETIKA gerakan politik masih mengedepankan akhlak dan keberadaban terus menuntun perilaku. Betapapun hebatnya badai kebencian dan fitnah, pemimpin sejati tak akan lari menghindarinya. Kemampuan menderita menjadi kekuatannya dan kesabaran menghadapi tekanan menjadi pelindungnya. Anies terbiasa dalam kesadaran spiritual dan transendental, untuk konsisten dalam kepatuhan pada Ilahi sembari berkesinambungan menghidupi kesalehan sosial.
Jejak rekam yang memesona karena melumuri perjalanan hidupnya dengan dedikasi dan pengabdian. Membuat Anies tetap menampilkan semangat untuk terus belajar dan berproses mewujudkan tujuan hidupnya. Jabatan publik yang lalu, sekarang dan kelak akan diembannya, semata-mata untuk menuangkan ilmu yang didapat sebagai alat untuk menghadirkan kemaslahatan. Lebih dari pembentukan akhlak, Anies terus tertantang merealisasikan pikiran, ucapan dan tindakannya untuk memberi manfaat seluas-luasnya dalam ruang publik.
Terlebih saat tampil menjadi seorang pemimpin dan pemangku kepentingan hajat hidup orang banyak. Anies tahu betul bahwa hidupnya bukan untuk diri sendiri ataupun keluarganya. Ia menyadari telah menjadi bagian dari kehidupan orang banyak. Dengan sumpah jabatan yang ada dipundaknya, Anies telah memikul beban berat rakyat dan menyiapkan pertanggungjawabannya di hadapan Tuhan.
Setelah menyelesaikan jabatan Gubernur DKI Jakarta dengan CATATAN MEMUASKAN dan mampu melampaui ekspektasi. Anies yang semenjak dilantik menjadi orang nomor satu di DKI tak pernah luput dari gelombang isu, intrik dan fitnah. Nyaris tak leluasa menjalankan roda pemerintahannya. Tak mendapat persetujuan, tak mendapat dukungan dan bahkan adanya upaya menghambat dan menggagalkan implementasi program-program kepemimpinannya.
Menjadi menu keseharian Anies yang diterimanya dalam menahkodai birokrasi di ibu kota negara tersebut. Namun Anies bergeming, tak sedikitpun menggoyahkannya. Sikap permusuhan dan kebencian yang menjadi buntut dari dendam politik pilkada Jakarta tahun 2017 itu. Tak menghentikan Anies untuk fokus, terarah dan terukur serta terus berprestasi membangun Jakarta.
Hasilnya terbukti dan Anies berlimpah penghargaan nasional dan internasional. Tak kalah penting dan menjadi prinsip, tingginya tingkat kepuasan warga Jakarta menjadi bekal strategis Anies untuk ikut berkontribusi dan berdaya guna bagi rakyat Indonesia.
Euforia sekaligus menjadi kerinduan rakyat Indonesia pada kehadiran seorang pemimpin sejati. Membuncah saat negeri ini akan menyelenggarakan pilpres 2024. Pesta demokrasi paling akbar yang akan memilih presiden itu, dipenuhi hingar-bingar aspirasi dan kehendak politik, termasuk dari pelbagai kepentingan yang menginginkan kekuasaan.
Pejabat eksekutif, leguslatif dan yudikatif serta-merta ikut bermain dan berharap dapat memenangkan setidaknya memenuhi target dari perhelatan politik praktis itu. Pengusaha, politisi dan birokrasi menjadi instrumen dominan yang mewarnai perhelatan demokrasi langsung yang begitu kapitalistik dan transaksional.
Anies tak terbendung dan terus memuncaki bursa capres. Upaya pembunuhan karakter dan segala cara untuk menjegal pencapresannya oleh kalangan tertentu dan lawan politiknya, justru malah menumbuhkan simpati dan empati rakyat. Survey obyektif, tanpa rekayasa dan jujur terus menunjukkan grafik tertinggi Anies pada bursa capres.
Sebagai capres berkarakter dengan statistik tingkat dikenal, disukai dan dipilih rakyat yang tinggi, membuat Anies semakin meninggalkan kompetitornya.
Biaya tinggi dan melibatkan mesin politik birokrasi serta otoritas didukung kekuasaan yang besar pada capres lainnya, tak mampu menenggelamkan Anies yang hanya bermodal prestasi, dukungan rakyat dan kemuliaan cita-cita untuk kebaikan Indonesia. Saking besarnya peluang Anies memenangkan pilpres 2024, terlebih sudah ada indikasi dukungan PKS, Demokrat dan Nasdem yang akan mengusung Anies sebagai capresnya.
Musuh politik sekaligus musuh demokrasi tak pernah berhenti menggagalkan Anies untuk menduduki jabatan tertinggi di pemerintahan republik ini. Banyak pihak yang tak menginginkan, akan tetapi lebih banyak lagi yang menginginkan Anies menjadi presiden.
Kekuatan oligarki yang menguasai birokrasi dan lembaga politik berusaha keras agar presiden terpilih dalam pilpres 2024 menjadi bisa menjadi boneka dan dalam genggaman kekuasaannya. Hampir semua institusi negara dalam pengaruh dan tekanannya, termasuk yang terkait pemilu seperti KPU, Bawaslu, TNI dan Polri.
Akankah proses demokrasi dalam pileg dan pilpres 2024 dapat berjalan terbuka, jujur dan adil?. Mungkinkah sama seperti pilpres 2014 dan 2019 yang hanya menghasilkan presiden yang dianggap rakyat sebagai boneka dan kacung oligarki yang merusak NKRI?. Masihkah ada kecurangan seperti yang dilansir SBY yang pernah menjadi presiden ke- 6 RI?.
Rakyat belum dapat memastikan meski gejalanya sudah terasa. Begitu juga semua entitas politik yang ada, semua masih meraba bagaimana pilpres 2024 bisa lebih berkualitas baik dari pelaksanaan teknisnya maupun kualitas hasilnya. Terutama dapat memilih presiden yang dikehendaki rakyat dan memiliki kemampuan menjadikan Indonesia jauh lebih baik. Saat negara diambang kehancuran tatkala diselimuti krisis multi dimensi, rakyat membutuhkan seorang pemimpin yang bisa menyelamatkan dan memperbaiki NKRI.
Sejalan dengan itu, geliat figur Anies yang dipelopori antusias para relawan dan partai politik serta dukungan luas rakyat. Sepertinya menjadi bekal utama Anies untuk memenangkan pilpres 2024. Betapapun tak mudah dan membutuhkan effort tersendiri, Anies bersama rakyat akan membuktikan demokrasi masih bisa diharapkan sesuai koridornya dan politik masih menyimpan moralitas.
Karena bersama rakyat Anies dapat memenangkan pilpres 2024 dan menjadikannya sebagai momentum kebaruan Indonesia. NKRI yang rakyatnya semangat dalam revolusi akhlak dan berkeberadaban sebagai sebuah bangsa. Semoga Anies dapat mengemban amanat kepemimpinan nasional yang dianugerahkan Tuhan dan dipercayakan rakyat. Meski sulit dan berat perjuangannya, tak ada yang mustahil dan tak ada yang tak mungkin dalam hidup ini. Terlebih saat semua menyadari, perjuangan Anies adalah perjuangan rakyat.
______________
Oleh: Yusuf Blegur (Aktivis 98/Forum Komunikasi Senat Mahasiswa se-Jakarta/FKSMJ)