LEBSI NEWS - Debat antara Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Ali Ngabalin, dengan mantan pengacara Bharada Richard Eliezer, Deolipa Yumara menyedot perhatian publik.
Pasalnya, adu argumen di antara dua sosok tersebut berakhir dengan umpatan yang keluar dari mulut Ali Ngabalin.
Direktur Political and Public Policy Studies (P3S), Jerry Massie memandang, umpatan atau kata-kata kasar seperti "goblok" seharusnya tidak keluar dari mulut seorang pejabat publik.
"Saya kira pernyataan Ali Ngabalin dengan mencak-mencak, mengumpat, bikin malu istana," ujar Jerry, Kamis (1/9).
Menurut Jerry, yang namanya pejabat publik pastinya memiliki tingkat intelektualitas tinggi, sehingga bisa memilah kata dan mengendalikan emosi saat berdebat.
"Tapi biasa orang kalau otak cetek omongannya lebih besar ketimbang otaknya," sindirnya.
Jerry memandang, seharusnya diksi "goblok" tak perlu keluar dari bibir Ali Ngabalin, mengingat dia termasuk orang lingkaran Istana.
"Saya pikir Ali Ngabalin harus mengerti tupoksinya apa, lebih baik mendengar masukan yang konstruktif bukan ada debat, selanjutanya disampaikan ke pimpinannya. Jangan ngomong seperti koboi, hingga microphone-nya dimatikan," tandas Jerry.
Perdebatan antara Ali Ngabalin dengan Deolipa terjadi dalam program talk show salah satu televisi swasta nasional.
Dalam momentum itu, keduanya membicarakan soal kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat.
"Jangan bicara yang menyesatkan. Engga boleh begitu, ini institusi negara, ga boleh terlalu maju begitu," kata Ngabalin menyanggah pernyataan Panda Nababan dalam acara Catatan Demokrasi tvOne dengan tema 'Rekonstruksi "Sandiwara" Sambo: Menguak Misteri Duren Tiga' Selasa 30 Agustus 2022.
Panda Nababan kemudian meluruskan, yang dimaksud dirinya adalah bukan langsung memecat Kapolri, tetapi membenahi institusi Kepolisian dan Ngabalin menyetujui jika peristiwa Brigadir J ini jadi momentum pembenahan di Polri.
Namun di tengah perbincangan antara Ngabalin dan Panda terjadi, muncul Deolipa yang langsung berbicara kepada Ngabalin. Deolipa secara tiba-tiba menyebut Ngabalin banyak bicara.
"Jadi Bang Ngabalin, Bang Ngabalin kebanyakan bicara nih. Ini kita nih masyarakat Indonesia Pak diwakili oleh Pak Panda, Pak Jhonson (pengacara Brigadir J) ini kita ini rasional semua Pak, kita ga ada distorsi. Paham ya Pak," kata Deolipa kepada Ngabalin.
"Iya diksi yang dipakai itu, juga anda juga harus bicara dengan benar," kata Ngabalin menjawab pertanyaan Deolipa
Kemudian Deolipa mulai menaikkan nada suara. Deolipa meminta Ngabalin tak memotong saat dia bicara.
"Pak Ngabalin, Saya bicara dulu Pak. Bapak jangan ngoceh-ngoceh aja. Woy, Pak!," kata Deolipa seraya membentak dan menunjuk-nunjuk Ngabalin.
Namun Ngabalin enggan berhenti berbicara. Dia terus berbicara
"Anda kan pengacara pengalaman, jangan ngomong bego, kacau begitu. Bilang goblok lah segala macam. Kau siapa?," kata Ngabalin membalas membentak Deolipa.
"Woy Pak! Gantian dong Pak!" kata Deolipa kembali membentak Nabalin.
Kemudian Ngabalin masih meneruskan berbicara dan tak menghiraukan apa yang dibicarakan oleh Deolipa. Dia terus berbicara dengan nada tinggi ke Deolipa.
"Kau dapat apa? Menuduh orang goblok dan lain-lain. Lu tuh siapa sih? Kok bicara goblok dan segala macam di ruang publik. Kamu memang betul-betul tidak punya etika berbicara di ruang publik. Saya tidak setuju kalau kau berpengalaman. Kalau kau berpengalaman kenapa cara kamu begitu," kata Ngabalin yang membalas menunjuk-nunjuk Deolipa.
"Sebentar Pak, Pak Saya Aktivis 98," kata Deolipa merendahkan nada suaranya.
Tetapi Ngabalin tetap tak berubah, dan tetap membentak Deolipa.
"Kau yang tidak berakhlak, kenapa menuduh orang bodoh, goblok segala macam," kata Ngabalin. [Democrazy]