Dokter Tirta membahas soal indeks prestasi kumulatif atau IPK Wakil Presiden Terpilih Gibran Rakabuming Raka yang sempat ramai beberapa waktu lalu.
Menurut Dokter Tirta, IPK cumlaude seseorang tidak menentukan prestasinya. Ia lalu merujuk pada sosok Wali Kota Solo Gibran.
IPK Gibran saat kuliah di University of Bradford, Singapura mendapat nilai lower second class honours. Nilai itu dianggap setara dengan IPK 2,3 di Indonesia.
"Cumlaude tidak menentukan prestasi. Contohnya ada yang jadi wapres. Itu bukti bahwa setiap orang boleh bermimpi. Itu bukan ngejek itu bukti," kata Dokter Tirta saat berbincang di podcast PWK.
Menurut Dokter Tirta, persoalan IPK tidak penting dibahas karena IPK itu hanya sebagai bentuk tanggung jawab diri sendiri kepada kuliah.
"IPK itu penting sebagai tanggung jawab kita penyerapan ilmu tapi kalau untuk faktor kesuksesan yang penting itu empat hal. Pertama networking, channel kerjaan, privilige dan keberuntungan," tuturnya.
Itulah mengapa menurut Dokter Tirta, persoalan tentang IPK Gibran harusnya tidak jadi masalah. Sebab kata dia, Gibran menjadi contoh bahwa siapapun bisa bermimpi.
"Itu bukti bahwa siapapun bisa bermimpi. Ini ga ngerujak ini beneran. Bisa jadi motivasi. Jadi banyak orang sarkas tapi ini jadi motivasi artinya walau IPK mu 2,5 2,7 tapi tidak menghalangi mimpimu di masa depan," ujar Tirta.
Selain itu, Dokter Tirta juga menganggap kesuksesan Gibran menjadi Wapres karena privilage menjadi anak seorang Presiden RI. Hal ini kata Dokter Tirta diakui sendiri oleh Gibran.
Bukan bermaksud membela, Tirta mengatakan, faktanya apa yang dialami Gibran sebenarnya terjadi juga di sekitar kita tapi kita malas mengakui.
Hanya saja kata dia, Gibran mendapat exposure cukup besar karena dia anak seorang presiden. Walau bukan pendukung Gibran di Pilpres 2024, Dokter Tirta mengaku tetap menerima fakta bahwa Gibran adalah Wapres Terpilih.
"Walau aku juga dukungnya bukan beliau tapi menerima fakta dia menjadi wapres. Fotonya akan terpajang dan anakku akan hormat di SD. Gimana kita punya wapres IPK cumlaude? Makanya yang IPK cumlaude harus melek politik," ujar dia.
Tirta mengatakan, tidak mempermasalahkan jika ada orang yang menyerang IPK Gibran. Namun dia menyayangkan diskusi IPK melebar ke mana-mana.
"Diskusi IPK wapres ke mana-mana. Jadi karena orang tidak suka sama Gibran, orang nyerang IPK-nya. Ga masalah. Tapi akhirnya menjudge orang IPK rendah ga layak ngapa-ngapain. Karena ada juga yang akreditasi kampus B atau C, IPK-nya 3,7," ujarnya.
Sumber: suara
Foto: Dokter Tirta membahas IPK Gibran. [X/@tirta_cipeng]