Langkah Cawagub Jakarta nomor urut 3 Rano Karno menggunakan nama "Si Doel" saat kampanye dan di kertas suara dipandang sebagai strategi politik untuk memenangkan Pilkada 2024. Namun sebagian lainnya menilai Rano sedang menjual politik identitas.
Pengamat politik Ujang Komarudin memberikan pandangannya terkait isu ini. Ia menyatakan bahwa politik identitas tidak bisa dihindari dalam kontestasi, namun penggunaannya harus bertanggung jawab.
"Memang politik identitas itu akan muncul pada setiap kandidat. Yang berbahaya adalah jika politik identitas digunakan untuk menyerang lawan atau memunculkan isu SARA," ujar Ujang kepada RMOL, Rabu (25/9).
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) itu juga menekankan bahwa politik identitas berbasis nasionalisme justru perlu ditonjolkan.
"Prinsipnya politik identitas tidak boleh dipakai jika untuk black campaign," tandas Ujang Komarudin.
Nama "Doel" merujuk pada karakter yang diperankan Rano dalam sinetron legendaris Si Doel Anak Sekolahan.
Sinetron ini memiliki alur cerita mengenai kehidupan keluarga Betawi yang tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional meskipun hidup di tengah-tengah arus modernisasi
Si Doel digambarkan sebagai putra asli Betawi yang memiliki semangat dan cita-cita tinggi. Di sela waktu luangnya sebagai mahasiswa teknik, Doel tak malu mengemudikan oplet.
Ia kemudian lulus dengan gelar Ir. (insinyur) dan bekerja di sebuah perusahaan alat berat di Jakarta.
Sumber: rmol
Foto: Rano Karno/Net