WASHINGTON - Militer Amerika Serikat (AS) telah menguji tembak rudal balistik antarbenua (ICBM) Minuteman III yang mampu membawa hulu ledak nuklir pada Rabu tengah malam waktu Pasifik. Tujuan manuver ini adalah untuk memastikan kesiapan ICBM sebagai bagian dari triad nuklir Amerika.
Meski mampu membawa hulu ledak nuklir, rudal Minuteman III yang diuji tembak Angkatan Udara Amerika tersebut tidak membawa hulu ledak.
Penerbang dari Komando Serangan Global Angkatan Udara AS meluncurkan ICBM Minuteman III pada pukul 12.01 waktu Pasifik dari Pangkalan Angkatan Luar Angkasa Vandenberg di California. Rudal tersebut terbang sekitar 4.200 mil, dengan kecepatan lebih dari 15.000 mil per jam, ke lokasi uji coba di Atol Kwajalein di Kepulauan Marshall.
Sensor di Situs Uji Pertahanan Rudal Balistik Ronald Reagan di lokasi uji coba melacak rudal tersebut saat mendekat dan mengumpulkan data radar, optik, dan telemetri pada fase terminalnya, untuk membantu mengukur seberapa baik kinerja rudal tersebut. Situs tersebut dioperasikan oleh Komando Pertahanan Rudal dan Luar Angkasa Angkatan Darat AS.
"Peluncuran uji ICBM ini menggarisbawahi kekuatan penangkal nuklir negara dan kesiapan ICBM dari triad [nuklir]," kata komandan Serangan Global Jenderal Thomas Bussiere dalam sebuah pernyataan, yang dikutip Defense News, Kamis (22/5/2025).
"Pengamanan yang kuat ini dijaga oleh penerbang yang berdedikasi—penerbang rudal, defenders, operator helikopter, dan tim yang mendukung mereka—yang memastikan keamanan negara dan sekutunya."
Rudal tersebut dipilih secara acak dan berasal dari Pangkalan Angkatan Udara Malmstrom di Montana, kata Angkatan Udara.
Rudal tersebut dilengkapi dengan Mark 21 High Fidelity Reentry Vehicle, yang biasanya akan berisi muatan nuklir jika Minuteman III diluncurkan secara operasional. Angkatan Udara merilis video uji coba tersebut beberapa jam kemudian.
Kelompok Uji dan Evaluasi ke-377 di Vandenberg mengawasi peluncuran misil, yang berlangsung di Western Test Range pangkalan tersebut. Satuan tugas yang mendukung peluncuran tersebut terdiri dari penerbang dari ketiga sayap rudal Angkatan Udara—ke-90 di Pangkalan Angkatan Udara F.E. Warren di Wyoming, ke-91 di Pangkalan Angkatan Udara Minot di North Dakota, dan ke-341 di Malmstrom.
Petugas perawatan dari ke-90 dan ke-341 juga melakukan perawatan untuk peluncuran tersebut.
Angkatan Udara secara teratur melakukan uji coba Minuteman III pada malam hari, yang berusia lebih dari 50 tahun dan mendekati akhir masa pakainya, untuk memastikannya terus berfungsi dengan aman dan sesuai rancangan. Angkatan Udara telah melakukan lebih dari 300 uji coba semacam itu, yang terakhir pada bulan Februari.
Sekitar 400 unit ICBM Minuteman III milik Angkatan Udara merupakan bagian dari triad nuklir Amerika Serikat yang berbasis di darat, bersama dengan rudal nuklir yang diluncurkan dari kapal selam dan pesawat pengebom yang mampu meluncurkan senjata yang diluncurkan dari udara.
Minuteman III diperkirakan akan digantikan oleh ICBM baru, LGM-35A Sentinel buatan Northrop Grumman, sekitar tahun 2030-an.
Namun, Sentinel menghadapi banyak tantangan. Membangun infrastruktur berbasis darat untuk komando dan kontrol, termasuk memasang ribuan mil kabel serat optik di wilayah Great Plains untuk menghubungkan pusat peluncuran, kini diperkirakan akan jauh lebih rumit daripada yang diantisipasi sebelumnya.
Biaya proyek misil Sentinel di masa mendatang yang diproyeksikan tumbuh cukup drastis hingga memicu proses peninjauan yang dikenal sebagai pelanggaran Nunn-McCurdy yang kritis. Pentagon menyimpulkan bahwa Sentinel tetap penting bagi keamanan nasional dan harus dilanjutkan, serta memerintahkan Angkatan Udara untuk merestrukturisasinya agar biayanya terkendali.
Sentinel awalnya diperkirakan menelan biaya USD77,7 miliar, tetapi sebelum peninjauan, biayanya diperkirakan akan lebih dari dua kali lipat dan mencapai sekitar USD160 miliar.
Namun, Pentagon mengatakan tahun lalu bahwa versi Sentinel yang "dimodifikasi secara wajar" akan tetap menelan biaya 81% lebih banyak dari perkiraan awal, atau USD140,9 miliar.
Angkatan Udara juga telah menyimpulkan bahwa mereka perlu menggali silo-silo baru untuk Sentinel, yang akan semakin mempersulit program tersebut.
Program itu awalnya berencana untuk memperbarui jaringan silo Minuteman III yang sudah berusia 55 tahun untuk digunakan oleh ICBM generasi berikutnya. Namun, pengujian menunjukkan bahwa hal itu akan menimbulkan masalah tambahan dan menyebabkan program tersebut semakin tertinggal dan melebihi anggaran.
Angkatan Udara berencana untuk menggali silo-silo baru terutama di lokasi rudal yang sudah ada, yang sudah dimilikinya. I snd