Bupati Purwakarta, Saepul Bahri Binzein baru-baru ini menyentil anggota DPR RI Komisi X Verrell Bramasta yang tidak setuju dengan kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedy Mulyadi.
Kebijakan Dedy Mulyadi yang tidak disetujui mantan pemain sinetron 'Cinta Anak Muda'' itu adalah soal mendisiplinkan siswa yang melakukan kenakalan di barak militer. Ia mengatakan bahwa banyak orang tua yang sebenarnya kontra dengan kebijakan tersebut.
Menurut Verrell Bramasta, pendekatan fisik seperti pendidikan militer tersebut justru akan membuat anak-anak menjadi berperilaku keras, bukan tangguh.
Namun, pendapat Verrell Bramasta tersebut malah dicibir oleh Saepul Bahri. Ia mempertanyakan dari mana informasi soal orangtua yang tidak setuju dengan kebijakan tersebut.
Saepul Bahri juga menantang Verrell Bramasta untuk terjun langsung ke lapangan untuk melihat bagaimana kenakalan siswa sangat meresahkan sehingga memang harus didisiplinkan secara militer.
"Ya ampun mas, mas, mas kan dapil (daerah pilihan) sini, mendingan turun deh mas, mendingan turun langsung daripada mas berwacana," tutur Saepul Bahri, dikutip dari konten TikTok-nya pada Senin, 13 Me 2025.
Saepul Bahri menambahkan, "Nah, yang mas maksud, yang pro kontra kekhawatiran tuh orangtua yang mana?"
Alih-alih kontra, Saepul Bahri justru mengatakan bahwa banyak orangtua yang mendukung program tersebut. Bahkan, mereka menyerahkan anak-anaknya untuk dididik secara militer.
"Ini orangtuanya dititipin semua seneng dititipin di sini," lanjutnya.
Politikus Gerindra itu pun menantang Verrell Bramasta untuk ikut mengurus 15 anak yang bermasalah sesuai dengan caranya, yakni tidak menggunakan embel-embel militer.
"Gini deh mas, ini kan ada yang mau masuk lagi 30, bagi dua aja deh mas. Mas 15, saya 15. Yang 15 dengan cara mas, yang 15 kita lanjutkan dengan cara kita dibina di barak militer. Yuk, kami tantangin. Lebih baik action mas, daripada gitu terus kita bikin wacana, ya?" katanya.
Pernyataan Saepul Bahri Binzein pun mendapat dukungan dari publik. Banyak yang meminta Verrell Bramasta untuk mengedepankan aksi dibanding teori belaka.
"Ajakin Om Zein, yang namanya Dewan Perwakilan Rakyat tapi nggak tahu secara langsung kondisi rakyat seperti apa. Hanya modalkan naskah akademik tanpa tindakan secara langsung," cibir seorang warganet.
"Baru tahu Verrell Dapil Jabar, kok nggak pernah lihat turun ke Jabar? Terus setiap rapat tahu dari mana keadaan di lapangan kalo nggak pernah turun ke lapangan," tanya warganet yang lain.
Namun, ada pula warganet yang menegur Saepul Bahri untuk langsung berdiskusi dengan Verrell Bramasta dibanding menyindir melalui media sosial.
"Bapak seharusnya bisa kan dengan cara diskusi langsung dengan mas Verrell. Tidak menggiring opini dari video yang dipotong seperti ini. Jadi kesannya lebih elegan," kata warganet lainnya.
Bupati Purwakarta Saepul Bahri Binzein (Instagram/@bupatikabpurwakarta)
Kritikan Verrell Bramasta terhadap kebijakan Dedi Mulyadi
Melalui postingan di akun TikTok Partai Amanat Nasional (PAN), Verrell Bramasta mulanya memberi apresiasi terhadap pemerintah daerah dalam menerapkan kedisiplinan terhadap murid-murid yang dianggap nakal.
Namun, menurutnya, pendekatan militer yang dicanangkan oleh Dedi Mulyadi kurang tepat. Terlebih, kebijakan tersebut banyak menuai kontra dari berbagai pihak, termasuk sejumlah orang tua.
"Banyak yang akhirnya bertanya apakah metode ini benar-benar efektif untuk men-tackle akar permasalahan?" tutur anak sulung aktris sekaligus mantan anggota DPR Venna Melinda itu
Pria 29 tahun itu meyakini bahwa kenakalan remaja tidak hanya disebabkan oleh faktor disiplin yang lemah, tetapi juga dampak dari masalah lain seperti tekanan sosial maupun emosional.
Kita perlu tahu hal ini lebih mendalam dalam banyak kasus perilaku menyimpang bagi para anak-anak muda atau remaja ini bukan hanya semata-mata karena soal disiplin yang lemah," sambungnya.
Verrell Bramasta menambahkan, "Tetapi bisa jadi juga ini adalah merupakan manifestasi dari dinamika keluarga, tekanan sosial, atau pun masalah emosional yang belum tertangani."
Pendekatan fisik seperti pendidikan di barak militer justru dinilai hanya akan melahirkan anak muda yang keras, bukan tangguh. Sebab, mereka tidak dididik secara psikologis dan spiritual.
"Bila kita hanya mengandalkan pendekatan fisik tanpa menyentuh dimensi psikologis dan spiritual, para remaja ini, saya rasa kita malah akan membentuk karakter anak-anak muda yang keras, bukan yang tangguh," tegasnya.
Sumber: suara
Foto: Verrell Bramasta (Instagram/bramastavrl)