Politikus PDIP Beathor Suryadi mengungkapkan adanya taktik dari mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam memanfaatkan dua institusi kepolisian, yakni Bareskrim dan Polda Metro Jaya, dalam kasus dugaan ijazah palsu yang tengah menjadi sorotan publik. Beathor mengungkapkan bahwa langkah tersebut dilakukan untuk mengantisipasi gerakan Tim Pembela Ulama dan Aktivis (TPUA).
Beathor Suryadi menyebutkan bahwa Jokowi dan tim pengacaranya mungkin tidak menyadari bahwa taktik tersebut sudah sangat dipahami oleh TPUA. Menurutnya, video yang beredar di masyarakat memperlihatkan pihak kepolisian hanya menerima fotokopi dokumen, sementara suara Jokowi terdengar mengatakan bahwa pihaknya telah menyerahkan ijazah asli kepada polisi.
“Jika kita tidak cerdas, kita bisa terperangkap. Memang benar bahwa ipar dan pengacaranya menyerahkan ijazah asli ke Bareskrim, itu kata mereka. Namun, Jokowi di Polda Metro Jaya hanya menyerahkan fotokopi ijazahnya ke loket kehilangan,” ujar Beathor Suryadi kepada www.suaranasional.com, Ahad (18/5/2025).
Beathor juga memperingatkan agar publik tidak terperangkap oleh tindakan Polda Metro Jaya, dan tetap fokus pada Bareskrim yang memiliki kemampuan forensik. Menurutnya, bukti keaslian ijazah berdasarkan analisis Bareskrim berbeda dengan ijazah yang sebelumnya telah dikupas oleh TPUA.
“Perangkap yang menjebak TPUA adalah adanya dua dokumen ijazah, satu di Bareskrim yang dipakai untuk memperdaya TPUA, sementara yang di Polda hanya untuk menggiring opini,” lanjut Beathor.
Beathor Suryadi menegaskan bahwa kekuatan militansi TPUA akan tetap solid dalam melawan klaim keaslian ijazah versi forensik Bareskrim. Menurutnya, hal ini menjadi fokus utama dalam perjuangan TPUA ke depannya.
Sumber: suaranasional
Foto: Beathor Suryadi (Dok Pribadi)