Menarik disimak acara halal bilhalal purnawirawan TNI POLRI di Gedung Balai Kartini, Jakarta 6.5.2025, dihadiri oleh presiden Prabowo Subianto. Prabowo duduk berdampingan semeja dengan Wapres ke-6 RI sekaligus mantan Panglima ABRI Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno. Duduk 1 meja juga dengan Menhan Sjafrie Sjamsoeddin, Gubernur DIY Sultan Hamengkubuwono X dan Ketua panitia Plt Ketum PPAD.
Susunan tempat duduk ini menarik, karena tanggal 17 April yl, Try Sutrisno ikut menandatangani 8 butir usulan pada Prabowo dan DPR/MPR, salah satunya adalah memakdzulkan wapres Gibran. Tentu saja para purnawirawan yang mendukung Gibran kecewa, apalagi bu Titiek Soeharto memperlihatkan kedekatannya dengan mengandeng Try Sutrisno saat pulang, mengantarnya sampai ke mobil. Sungguh ini pemandangan yang indah, Prabowo berhasil memperlihatkan bahwa dia yang mengendalikan semuanya ini. Prabowo ingin memperlihatkan pesan politik agar jangan mau dipecah belah kita harus menjaga kekompakan dalam upaya membangun Indonesia.
Yang lebih menarik lagi adanya kehadiran “Raja Jawa yang asli”, Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X duduk bersama Prabowo, ini merupakan jawaban bagi publik bahwa Prabowo sangat menghormati Try Sutrisno dan Hamengku Buwono X. Diperkirakan penyusunan tempat duduk ini bukan oleh panitia, karena ketua PPAD sudah menyatakan berseberangan sikap dengan para “purnawirawan prajurit”, tetapi ada tangan lain yang menyusunnya, mungkin saja Prabowo sendiri yang memintanya seperti itu.
Hadir pula dalam acara tersebut, Penasihat Khusus Presiden Bidang Politik dan Keamanan Jenderal TNI (Purn) Wiranto, mantan Kepala BIN Hendropriyono, Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Kepala BIN Herindra, Penasihat Khusus Presiden Bidang Pertahanan Nasional Jenderal TNI Dudung Abdurrachman, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, serta Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto dan para petinggi lainnya.
Makna hal bilhalal ini menjadi kurang berbobot, manakala “purnawirawan prajurit” tidak ada yang hadir kecuali Try Sutrisno saja, padahal seluruhnya purnawirawan prajurit ini ada lebih dari 300 orang, dan mayoritas tinggal di Jakarta dan sekitarnya. Menurut salah satu jendral purnawirawan, memang tidak diundang, mungkin juga ada yang diundang tapi tidak hadir. Padahal halal bilhalal adalah acara saling memaafkan, menjalin silaturahmi agar hubungan tetap terjaga. Jika saja para purnawirawan prajurit hadir tentu suasananya akan berbeda, bahwa perbedaan pendapat itu adalah biasa, apalagi purnawirawan ini adalah rakyat yang bebas menyampaikan pendapatnya, karena dilindungi UU.
Acara halal bilhalal ini menjadi sorotan karena bertepatan dengan merebaknya isu pemakzulan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang diusulkan oleh para “Purnawirawan Prajurit” TNI. Acara ini menurut Plt Ketua PPAD tidak berkaitan dengan isu pemakzulan, kegiatan ini merupakan tradisi rutin yang digelar setiap tahun oleh para purnawirawan TNI AD. Tapi anehnya para tokoh “purnawirawan prajurit” tidak terlihat, sayang sekali momen yang demikian bagus hanya menyisakan rasa permusuhan diantara sesama purnawirawan.
Menanggapi usulan para “purnawirawan prajurit” ini Luhut Binsar Panjaitan bukannya mendinginkan suasana, tetapi justru membuat suasana semakin panas. Menurutnya para purnawirawan prajurit ini termasuk Try Sutrisno dan para sesepuh lainnya adalah ‘kampungan” dan disarankan untuk keluar dari Indonesia. Tentu saja ini membuat heboh media sosial, sampai wakil Ketua MUI saja ikut menanggapinya bahwa yang harus keluar Indonesia itu harusnya Luhut itu sendiri. Seperti diketahui bahwa Luhut ini adalah loyalis Jokowi dan loyalis oligarki, tentu berseberangan sikap dengam para purnawirawan prajurit yang masih memegang teguh Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan 8 Wajib TNI.
Namanya purnawirawan, artinya usia sudah lanjut, tidak mudah dipengaruhi jadi sulit bersatu tanpa bantuan tangan lain, dalam hal ini Prabowo memiliki “kesempatan emas” untuk menyatukannya seraya mencegah ancaman untuk bangsa dan negara yang disampaikan oleh para purnawirawan prajurit ini. Menyatukan purnawirawan artinya menjaga kekuatan dan persatuan TNI juga. Kekompakan TNI dinilai sangat penting di dalam menjaga pertahanan keamanan rakyat semesta (hankamrata)
Langkah Prabowo untuk duduk berdampingan dengan Try Sutrisno, sebaiknya diikuti oleh purnawirawan yang lain, misalnya Luhut duduk bersama Fachrurozy mantan wakil Panglima, Komarudin duduk dengan Soeharto, Gatot Nurmantio duduk bersama Agus Subiyanto, Hanafi Asnam duduk bersama KASAU, Subianto dan Soeharto duduk bersama KASAL Agum Gumelar duduk bersama Soenarko. dll, sehingga dapat mengobrol dengan baik. Ini namanya hal bil halal dalam arti yang sebenarnya. Suasana akan lain canggung diawal tetapi akrab diakhir. Simbol seperti ini adalah sangat diperlukan di dalam menggalang persatuan.
TNI kompak TNI kuat, TNI bersama rakyat Indonesia semakin kuat, keduanya sedang diadu domba dan dilemahkan agar tidak berdaya melawan oligarki dan komunis. Peringatan Prabowo supaya jangan mau dipecah belah itu sangat baik, tetapi harus dimulai dari Prabowo dulu jangan terkesan berat sebelah, hanya mau menerima purnawirawan dan tokoh yang selalu memujinya dan enggan bertemu dengan purnawirawan prajurit dan tokoh pendukung Prabowo yang kritis.
Bandung, 10 Mei 2025
Oleh: Memet Hakim
Pengamat Sosial, Dewan Penasihat Aliansi Profesional Bangkit & Aliansi Pejuang dan Purnawirawan TNI
______________________________________
Disclaimer: Rubrik Kolom adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan oposisicerdas.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi oposisicerdas.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.