Setelah sempat mengguncang publik dengan tudingan ijazah palsu terhadap
Presiden Joko Widodo (Jokowi), kini Rismon Sianipar kembali melontarkan
pertanyaan tajam yang menyoroti rekam jejak akademik sang mantan
presiden.
Lewat akun X, ahli digital forensik yang juga alumnus Universitas Gadjah
Mada (UGM) ini menyindir keras pernyataan Jokowi soal Indeks Prestasi
Kumulatif (IPK) semasa kuliah. Dalam cuplikan berita lama yang diposting
ulang oleh Rismon Sianipar, Jokowi mengaku IPK-nya “dua saja tidak ada.”
"'Jadi Capres Tak Perlu IPK 4, Jokowi: IPK Saya Kurang dari 2'. Secara
akademik, tak mungkin UGM meluluskan seorang mahasiswa dengan IPK < 2,"
tulis Rismon Sianipar dalam unggahan cuitannya seperti dikutip pada Selasa
(13/5/2025) yang langsung memantik reaksi netizen.
Ia juga menyertakan tangkapan layar berita dari Tempo tahun 2013 yang memuat
dialog antara Buya Syafii Maarif, Mahfud MD, dan Jokowi terkait IPK dan
kapabilitas calon presiden.
Dalam berita tersebut, Buya Syafii menegaskan bahwa calon presiden idaman
rakyat bukan dinilai dari angka IPK-nya, melainkan dari kejujuran,
ketegasan, dan tindakan nyata terhadap persoalan rakyat.
Jadi Capres Tak Perlu IPK 4, Jokowi: IPK Saya Kurang dari 2.
— Rismon Hasiholan Sianipar (@SianiparRismon) May 11, 2025
Secara akademik, tak mungkin UGM meluluskan seorang mahasiswa dengan IPK<2.https://t.co/RUhYvVz7g7 pic.twitter.com/1gc41ITqnR
“Hanya itu ukurannya, IPK 4 bukan indikator,” kata Buya Syafii. Namun, ia
juga menambahkan dengan nada bercanda bahwa “IPK calon presiden sebaiknya
tidak tiga ke bawah.”
Saat ditanya perihal IPK-nya saat kuliah, Mahfud MD menjawab 3,8. Giliran
Jokowi yang ditanya, ia menjawab dengan santai, “dua saja tidak ada.”
Ucapan Jokowi ini kemudian ditafsirkan sebagai candaan oleh sebagian pihak,
namun bagi Rismon Sianipar dan banyak warganet, hal itu justru semakin
menambah daftar pertanyaan tentang keaslian dan keabsahan latar belakang
pendidikan Jokowi.
Terutama karena sebelumnya telah ramai diperbincangkan dugaan ijazah palsu
hingga Rismon Sianipar pun menjadi sosok yang kini tengah dilaporkan ke
polisi oleh pihak Jokowi dalam kasus tersebut, tampak tak gentar.
Latar belakang akademiknya yang mentereng, lulusan Sarjana dan Magister
Teknik Elektro dari UGM, serta melanjutkan pendidikan di Jepang, seolah
menjadi senjata intelektual untuk terus mengkritisi klaim pendidikan dari
sosok yang pernah memimpin Indonesia selama dua periode itu.
Di tengah panasnya isu ini, banyak netizen ikut menyuarakan
pandangannya.
Akun @3rw**** menulis, “Sepertinya omongan JKW hanya sarkas bang.. Kalau
benar IPK-nya < 2, UGM pasti gak keluarin ijazah. Beda kalau ada program
susulan.”
Sementara akun lain dengan tajam menyindir kredibilitas UGM, “Hancur
sehancur-hancurnya UGM itu ya bang Rismon,” tulis @ebo****.
Tidak sedikit juga yang menilai bahwa Jokowi sendiri adalah penyebab utama
dari keraguan publik yang semakin meluas.
“Pak @jokowi, sebenarnya Anda lah biang kerok kegaduhan ini. Salah sebut
dosen, salah sebut jurusan, bahkan batas minimal kelulusan saja Anda gak
ngerti. Bukan kami meragukan, tapi rekam jejak Bapak memaksa kami untuk
tidak percaya,” kata @dew****.
Isu ini pun menyerempet ke institusi kampus. Akun @ped**** menyindir, “Wow,
ternyata berkuliah di @UGMYogyakarta bisa lulus IPK < 2. Ternyata nilai
abal-abal bisa diluluskan? Kuliah di tempat lain aja deh...”
Dalam dunia akademik, standar kelulusan menjadi tolok ukur kualitas lulusan
dan reputasi institusi pendidikan. Di Indonesia, umumnya mahasiswa sarjana
bisa lulus dengan IPK minimal 2,00, sebuah angka yang dianggap sebagai batas
bawah pencapaian akademik.
Oleh karena itu, pernyataan "dua saja tidak ada" jika tidak dimaksudkan
sebagai guyonan, tentu memunculkan tanda tanya besar.Jadi Capres Tak Perlu
IPK 4, Jokowi: IPK Saya Kurang dari 2.
Sumber:
suara
Foto: Skripsi Jokowi (X/Rismon Sianipar)