Jagat maya tengah diramaikan oleh kemunculan nama Andini Permata, yang disebut-sebut muncul dalam sebuah video berdurasi 2 menit 31 detik bersama adiknya. Video tersebut menjadi bahan perbincangan luas di TikTok, X (sebelumnya Twitter), hingga Telegram sejak awal pekan ini.
Namun,
setelah ditelusuri lebih jauh, muncul dugaan bahwa sosok Andini
hanyalah identitas fiktif yang sengaja dibuat untuk memicu rasa
penasaran dan menyebarkan tautan jebakan.
Tidak
ditemukan akun media sosial terverifikasi, rekam jejak publik, atau
referensi kredibel yang dapat memastikan bahwa Andini Permata
benar-benar ada.
Hal
ini memperkuat dugaan bahwa video tersebut hanyalah alat pemancing
(bait) yang sengaja digunakan untuk menyebarkan link palsu demi tujuan
penipuan.
Yang
lebih mengkhawatirkan, sebagian besar tautan yang beredar ternyata
mengarah pada halaman mencurigakan yang meminta data diri pengguna.
Mulai
dari nama lengkap, alamat email, nomor ponsel, hingga nomor rekening
diminta oleh situs-situs tidak resmi yang menyamar sebagai halaman
pemutar video.
Fenomena
ini dikenal sebagai rekayasa sosial digital (social engineering),
teknik manipulatif yang memanfaatkan rasa penasaran dan sensasi untuk
menjebak korban. Dalam beberapa kasus, halaman tersebut bahkan
disisipkan skrip jahat yang mampu mengambil alih perangkat atau mencuri
data secara otomatis.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pun angkat bicara.
Dalam
siaran pers awal Juli 2025, Kominfo kembali mengingatkan masyarakat
untuk tidak sembarangan mengklik tautan viral yang tidak jelas sumber
dan kebenarannya.
"Masyarakat
harus berhati-hati terhadap penyebaran konten yang belum tentu benar,
apalagi jika disertai ajakan untuk membuka tautan mencurigakan," tulis
Kominfo dalam keterangan resminya.
Kominfo juga mendorong publik agar tidak ikut menyebarkan konten semacam ini, karena bisa memperluas dampak penipuan daring.
Laporan terhadap tautan mencurigakan bisa dilakukan melalui kanal resmi di situs aduankonten.id.
Fenomena
ini bukan yang pertama. Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah nama
fiktif lain juga sempat digunakan sebagai alat penyebar tautan palsu,
mulai dari video skandal yang tidak terbukti hingga iming-iming konten
eksklusif.
Dengan
maraknya kasus seperti ini, publik diimbau untuk tetap kritis dan tidak
mudah percaya terhadap konten viral yang tidak dapat diverifikasi.
Awal Mula Kemunculan Video
Fenomena
ini bermula sekitar 4 Juli 2025, ketika cuplikan video pendek mulai
muncul di TikTok melalui akun-akun anonim dan akun gosip.
Video
tersebut menampilkan seorang wanita muda, yang dikaitkan dengan nama
Andini Permata, melakukan tarian santai namun ekspresif dengan iringan
musik "jedag-jedug" yang populer di TikTok.
Dalam
klip tersebut, ia tampil dengan berbagai kostum, seperti baju bergaris
hitam-putih, daster rumahan, tanktop, hingga pakaian menyerupai seragam
pelayan rumah makan.
Yang
menjadi sorotan utama adalah kemunculan seorang anak laki-laki, yang
diduga adiknya, dengan ekspresi kebingungan dalam beberapa potongan
video.
Video
berdurasi 2 menit 31 detik ini awalnya diunggah di TikTok, kemudian
menyebar ke X dan grup Telegram, dengan tagar seperti #AndiniPermata,
#fyp, #viral, dan #videoviral mendominasi tren.
Komentar
seperti “Udh nonton video-nya di S**a*u, adiknya kasihan njir” dari
akun @Pandji** dan “Yang mau masuk Tele gua DM aja, tinggal download
andini 30+ video” dari akun @Megusta*** mempercepat penyebaran video
tersebut. (*)
Sumber: tribunnews