GELORA.CO -Pasukan Myanmar menggempur sebuah kota yang bergolak, hingga menimbulkan kebakaran yang menghancurkan puluhan rumah, serta kantor badan amal Save the Children.
Negara Asia Tenggara itu berada dalam kekacauan sejak kudeta militer pada Februari, dengan lebih dari 1.200 orang dilaporkan tewas dalam tindakan keras pasukan Myanmar terhadap para demonstran antikudeta.
Di seluruh Myanmar, "pasukan pertahanan diri" bermunculan untuk menghadapi junta militer, yang kemudian meningkatkan serangan dan pembalasan berdarah.
Seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (30/10/2021), menurut media lokal, Khit Thit dan The Chindwin, pasukan Junta menggempur kota Thantlang di negara bagian Chin barat pada Jumat (29/10) waktu setempat setelah konfrontasi dengan pasukan pertahanan diri setempat.
Seorang warga Thantlang yang telah melarikan diri dari kota itu setelah bentrokan sebelumnya, mengatakan kepada AFP bahwa gempuran dimulai setelah anggota pasukan lokal menangkap seorang tentara.
"Segera setelah itu terjadi, artileri berat ditembakkan," katanya, seraya menambahkan bahwa dia telah mendengar antara 80 dan 100 rumah telah hancur.
"Kami tidak tahu apakah rumah-rumah terbakar setelah terkena artileri atau mereka yang membakar rumah-rumah itu," imbuhnya.
"Kami... bahkan tidak tahu harus berkata apa," kata seorang wanita yang masih tinggal di kota tersebut, yang dihubungi AFP dan mengatakan rumahnya telah hancur.
Foto-foto yang diterbitkan di media lokal menunjukkan kepulan asap membubung ke langit dari kota yang bertengger di tengah perbukitan hijau tersebut.
AFP tidak dapat secara independen memverifikasi laporan dari daerah terpencil itu.
"Setidaknya 100 bangunan diperkirakan telah hancur sejauh ini akibat kebakaran ... yang dilaporkan terjadi sekitar pukul 11:00 pagi setelah penggunaan senjata berat," kata Save the Children dalam sebuah pernyataan.
"Api terus membakar kota dan tidak ada petugas pemadam kebakaran yang tersedia untuk mengendalikan kobaran api," kata badan amal tersebut, seraya menambahkan salah satu kantornya telah rusak.
Sebagian besar dari 7.500 penduduk Thantlang telah meninggalkan kota itu saat bentrokan bulan lalu. Banyak yang melarikan diri melintasi perbatasan ke India.
Save the Children mengatakan kota itu "sebagian besar kosong" ketika gempuran terjadi pada Jumat (29/10), dan stafnya telah pergi setelah kekerasan sebelumnya.(detik)