Usai ditetapkan tersangka oleh KPK terkait kasus korupsi Harun Masiku,
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto langsung bersuara dengan membuat
sebuah video.
Dalam video berdurasi kurang dari lima menit tersebut, Hasto menegaskan jika
partainya menjunjung tinggi supremasi hukum sehingga pihaknya akan mengikuti
segala proses hukum yang berlaku.
“Sikap dari PDI Perjuangan adalah menghormati keputusan dari KPK. Kami
adalah warga negara yang taat hukum. PDI Perjuangan adalah partai yang
menjunjung tinggi supremasi hukum,” ucapnya.
Menariknya, dalam video tersebut ia memamerkan sebuah buku berjudul “Bung
Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia” karya Cindy Adam.
Sambil menenteng buku itu, Hasto menyebutkan jika dirinya belajar dan
berkiblat kepada gerakan politik Bung Karno yang tertuang dalam buku
tersebut.
“Sebagai murid Bung Karno, saya mengikuti apa yang tertulis di dalam buku
Cindy Adams ini. Inilah kitab perjuangan saya dan seluruh kader-kader PDI
Perjuangan sekarang memasuki tahap bab 9. Di mana Bung Karno ketika
mendirikan PNI, prinsip yang dipegang adalah non-cooperation. Demi cita-cita
Indonesia Merdeka, demi rakyat berdaulat bisa berserikat, berkumpul, dan
menyampaikan pendapatnya, maka penjara pun adalah suatu jalan dan bagian
dari pengorbanan terhadap cita-cita," paparnya.
Alhasil, video tersebut membuat publik penasaran dengan penulis yang bernama
Cindy Adams, siapakah dia sebenarnya?
Profil Cindy Adams
Pertemuan Cindy Adams pertama kali dengan Soekarno terjadi pada tahun 1961.
Pada pertemuan tersebut, Soekarno memuji sosok Cindy Adams
Cynthia Heller Adams alias Cindy Adams adalah seorang penulis Amerika yang
telah melahirkan banyak buku tentang tokoh-tokoh dunia, khususnya di bidang
politik.
Lahir di Amerika pada 24 April 1930, Cindy Adams mengawali kariernya sebagai
fotografer model dan juga sekaligus jurnalis di media cetak.
Bahkan, di tengah gonjang-ganjing perpolitikan Amerika saat itu, diisukan
bahwa Cindy Adams merupakan anggota Badan Intelijen Amerika (CIA) yang
ditugaskan untuk melaporkan aktivitas tokoh-tokoh dari negara lain, termasuk
Soekarno.
Sebab pada saat itu, hubungan Indonesia dan Amerika Serikat sedang berada
pada titik terendah setelah USA ditinggal John F. Kennedy.
Seperti diketahui, Soekarno merupakan sosok yang tegas menyuarakan anti
imperalisme dan menolak segala bentuk bantuan dari pemerintah AS. Bahkan,
Soekarno cenderung lebih pro ke Blok Timur.
Pertemuan Cindy Adams pertama kali dengan Soekarno terjadi pada tahun 1961.
Pada pertemuan tersebut, Soekarno memuji sosok Cindy Adams dengan
menyebutnya sebagai wartawan yang jujur karena tulisannya dapat dipercaya.
Setelah rombongan pulang ke Amerika Serikat, Bung Karno melalui Kementerian
Luar Negeri Amerika Serikat mengirim pesan kepada Cindy Adams untuk menulis
kisah hidupnya.
Selama tiga tahun, sejak 1961 hingga 1964, Cindy Adams sibuk mondar-mandir
Jakarta-New York untuk mendapat informasi terkait kehidupan Soekarno.
Alhasil, buku berjudul Sukarno: An Autobiography as Told to Cindy Adams
akhirnya diterbitkan pada tahun 1965 oleh The Bobbs-Merrill Company Inc, New
York.
Seiring berjalannya waktu, buku tersebut tidak hanya mengisahkan perjalanan
Soekarno, tapi juga membuka tabir pemikiran politik Soekarno yang kini
dianut oleh berbagai kelompok.
Sumber:
suara
Foto: Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto memberikan pernyataan usai resmi jadi
tersangka KPK. (Foto: bidik layar video)