Sebuah foto yang beredar di media sosial tengah ramai dibicarakan. Bukan sekadar potret kebersamaan, namun foto tersebut dinilai sebagai sinyal politik kuat yang ditujukan langsung kepada mantan Presiden Joko Widodo. Aktivis Nicho Silalahi menggarisbawahi bahwa foto tersebut menyiratkan pesan dan peringatan keras atas rekam jejak pemerintahan Jokowi, yang kini telah usai.
Dalam foto itu hadir sejumlah tokoh dengan latar kisah yang kontras, namun menyatu dalam satu bingkai—seakan menjadi simbol perubahan arah arus politik nasional. Di antaranya tampak Syahganda Nainggolan, mantan tahanan politik era Jokowi, Eggi Sudjana, penggugat legalitas ijazah Jokowi, serta Bursah Zarnubi, mantan pendukung Jokowi di awal periode pertama yang kini menjabat sebagai kepala daerah.
Namun, sosok yang paling mencolok adalah Sufmi Dasco Ahmad, atau akrab disapa Bang Dasco, mengenakan kemeja kotak-kotak—pakaian ikonik yang pernah mengantar Jokowi memenangkan Pilgub DKI Jakarta 2012. “Ini bukan sekadar nostalgia, tapi simbol pengingat bahwa tanpa Prabowo dan Gerindra, Jokowi takkan pernah menapaki panggung kekuasaan nasional,” tegas Nicho di akun X (Twitter), Senin (21/4/2025).
Menurut Nicho, kemeja kotak-kotak tersebut adalah representasi perjuangan Gerindra dan Prabowo yang kala itu habis-habisan memberikan dukungan kepada Jokowi. Dukungan itu diberikan tanpa syarat, tanpa kalkulasi balas jasa, namun semata demi perubahan.
Kini, kata Nicho, saat Prabowo Subianto resmi menjadi Presiden terpilih, tak ada lagi alasan untuk menunda penuntasan berbagai warisan masalah pemerintahan sebelumnya, terutama soal kerusakan ekonomi dan utang negara yang melonjak tajam.
“Prabowo tak punya utang budi kepada Jokowi. Justru sebaliknya, Gerindra-lah yang dulu membuka jalan bagi Jokowi. Maka sudah sewajarnya Prabowo mulai menata ulang fondasi bangsa dengan menuntut pertanggungjawaban atas kerusakan fiskal yang ditinggalkan,” ujarnya.
Nicho menyebut bahwa anggaran negara kini harus mengalami pemotongan besar-besaran di berbagai kementerian dan lembaga akibat beban utang yang diwariskan. Belanja publik menyusut, pembangunan tersendat, dan daya beli rakyat terus tergerus. Ini, kata Nicho, bukan konsekuensi dari kebijakan Prabowo, melainkan warisan dari pemerintahan sebelumnya.
Dalam penutup keterangannya, Nicho menyerukan agar pemerintahan Prabowo segera membentuk tim audit dan investigasi independen atas berbagai proyek strategis nasional yang sarat utang dan potensi pelanggaran hukum. “Bukan dendam, tapi keadilan. Bangsa ini butuh kejelasan arah, dan itu dimulai dari keberanian menuntut pertanggungjawaban.”
Sumber: suaranasional
Foto: Nicho Silalahi (IST)