Revolusi 'War Trade' Ala Trump -->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Revolusi 'War Trade' Ala Trump

Tuesday, April 8, 2025 | April 08, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-04-08T14:28:17Z
  

  
OPINI - Amerika Serikat (AS) sedang berusaha menunjukkan kekuatannya, mencetak kemenangan dan menakuti setiap orang didunia, membentuk "kredibilitas", apa yang kita katakan terjadi.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memperingatkan warga Amerika bahwa mereka mungkin menghadapi kesulitan sebelum tarif "hari pembebasan"-nya, tanggal 2 April akan memulihkan kekuatan ekonomi negara tersebut. 

Tarif besar-besaran Trump terhadap sebagian besar mitra dagang AS mulai berlaku pada hari Kamis, menyebabkan pasar saham AS mengalami kejatuhan terburuk sejak pandemi Covid-19. 
 
Dalam unggahan di platform Truth Social miliknya pada hari Sabtu, presiden AS memberi tahu masyarakat Amerika untuk "bertahan" dalam mengantisipasi tanggapan masyarakat internasional terhadap kebijakan ekonominya. "Itu tidak akan mudah, tetapi hasil akhirnya akan bersejarah," tegas Trump. 

“Tarif tersebut merupakan revolusi ekonomi, dan kita akan menang... kita akan membuat Amerika hebat lagi," papar dia. “China telah terpukul jauh lebih keras daripada AS, bahkan tidak mendekati. 

Mereka, dan banyak negara lain, telah memperlakukan kita dengan sangat buruk. Kita telah menjadi ‘sasaran cambuk’ yang bodoh dan tak berdaya, tetapi tidak lagi,” tulis Trump, menjelaskan keputusannya. 

Presiden AS menegaskan pemerintahannya “mengembalikan lapangan kerja dan bisnis seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sudah, lebih dari lima triliun dolar investasi, dan meningkat pesat.” 

Jadi Amerika saat ini,  mengalami peralihan ide dari " jika satu orang terluka, semua ikut terluka". Dunia pun terguncang.

Suara Aktivis Politik

Gerakan 50501 (fifty fifty-one) adalah kelompok aktivis politik, yang bertujuan untuk menyatukan warga di seluruh AS dalam perlawanan terhadap kebijakan pemerintahan Trump. Nama "50501" berarti "50 protes. 50 negara bagian. 1 hari".

Gerakan ini dibentuk sebagai respons terhadap apa yang dipandang oleh para penyelenggara sebagai apa yang disebutnya sebagai tindakan antidemokrasi dan ilegal oleh Presiden Trump, termasuk perintah eksekutif dan keputusan kepemimpinannya, 

Protes menandai kampanye nasional oleh gerakan tersebut, yang dilakukan setelah tindakan eksekutif kontroversial yang ditandatangani oleh Trump. Melalui protes terkoordinasi ini, Gerakan 50501 berupaya untuk menantang lembaga politik dan mengadvokasi nilai-nilai konstitusional.

Gerakan ini dengan cepat mendapatkan momentum di media sosial. Dalam hitungan hari, aktivis akar rumput ini telah beroperasi tanpa anggaran, struktur terpusat, atau dukungan resmi. Namun, gerakan ini berhasil mengorganisir lebih dari 80 protes damai di setiap negara bagian AS, menurut situs web resminya.

Aksi protes tersebut menyoroti seruan gerakan tersebut bagi kelas pekerja Amerika untuk melawan apa yang mereka lihat sebagai erosi "lembaga demokrasi, kebebasan sipil, dan supremasi hukum", yang dipicu oleh para plutokrat yang berkuasa.

Demo besar guncang AS di 1200 lokasi dan 50 negara bagian terjadi pada hari Minggu kemarin. Penampakan menentang Trump diikuti 250.000 orang. Selanjutnya digelar di penjuru dunia di Berlin, Frankfurt, Paris dan London.

Kepala ekonom global JP Morgan memiliki pandangan suram terhadap kebijakan tarif agresif Presiden Trump. Dia mengatakan "akan ada pertumpahan darah" akibat kebijakan Trump tersebut.

Suara Hasil Riset JP Morgan

Dalam catatan penelitian kepada klien yang diterbitkan pada Kamis, 3 April 2025 kemarin, ekonom JP Morgan memperingatkan risiko ekonomi global jatuh ke dalam resesi telah meningkat dari 40 persen menjadi 60 persen sebagai respons terhadap pengumuman kebijakan tarif pada Rabu lalu.

"Kebijakan AS yang disruptif telah diakui sebagai risiko terbesar bagi prospek global sepanjang tahun," ujar riset JP Morgan, dikutip dari Business Insider.

"Berita terbaru memperkuat kekhawatiran kami karena kebijakan perdagangan AS telah berubah secara drastis menjadi kurang bersahabat bagi bisnis daripada yang kami perkirakan," tambah riset tersebut.

Para ekonom raksasa perbankan itu menggambarkan tarif "pada tingkat dasar" sebagai peningkatan pajak fungsional atas pembelian barang impor oleh rumah tangga dan bisnis AS.

Mereka juga mengatakan bahwa peningkatan biaya impor yang disebabkan oleh rencana tarif Trump diperkirakan akan mengakibatkan harga yang lebih tinggi untuk segala hal mulai dari bahan pokok hingga pakaian dan pembelian yang lebih besar seperti mobil serta peralatan.

Analis JP Morgan mendapati bahwa pengumuman minggu ini, menyusul kenaikan tarif sebelumnya, menaikkan tarif pajak rata-rata AS "sekitar 22 persen poin menjadi sekitar 24 persen," setara dengan sekitar 2,4 persen dari total nilai semua barang dan jasa yang diproduksi di negara tersebut.

"Oleh karena itu, kami menekankan bahwa kebijakan ini, jika dipertahankan, kemungkinan akan mendorong ekonomi AS dan mungkin global ke dalam resesi tahun ini. Pembaruan pohon skenario probabilitas kami menegaskan hal ini, meningkatkan risiko resesi tahun ini menjadi 60 persen," lanjut riset tersebut.

Namun, resesi nasional atau global bukanlah suatu kesimpulan yang sudah pasti, ekonom JP Morgan menawarkan sebagai hikmah positif yang mungkin bisa dipetik.

"Di luar poin yang jelas bahwa tindakan kebijakan dapat diubah dalam beberapa minggu mendatang, kami terus menekankan bahwa ekspansi AS dan global berdiri kokoh dan harus mampu menahan guncangan berukuran sedang," ujar riset JP Morgan.

Meski begitu, untuk saat ini, para ekonom JP Morgan memandang implementasi penuh dari kebijakan yang diumumkan sebagai guncangan ekonomi makro yang substansial dan dapat menjadi guncangan ekonomi yang tidak mudah untuk diatasi, jika kebijakan Trump terus berlanjut.

Sebelumnya, Trump telah resmi mengumumkan tarif besar sebesar 10 persen pada barang-barang dari negara mana pun yang diekspor ke Amerika Serikat dan tarif yang lebih tinggi lagi untuk 60 negara mitra dagang AS, dengan defisit perdagangan terus-menerus dengan AS.

Tarif "Hari Pembebasan" yang berlaku luas ini berdampak pada negara-negara termasuk China dan Jepang, serta Uni Eropa, bahkan negara-negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Kebijakan tarif ini merupakan tambahan dari tarif yang berlaku saat ini terhadap mitra dagang utama AS, Kanada dan Meksiko.

Suara Ekonom AS

Ingatkan soal Sejarah Tarif Naik Picu 'The Great Depression' Jauh sebelum pengumuman "Hari Pembebasan" Donald Trump, Amerika Serikat pernah juga mengenakan tarif tinggi dengan hasil yang tidak meyakinkan dan mendatangkan bencana.

"Kita memiliki presiden abad ke-20 dalam ekonomi abad ke-21 yang ingin membawa kita kembali ke abad ke-19," tulis profesor ekonomi Dartmouth College Douglas Irwin di X, seperti dikutip dari AFP. 

Abad ke-19 menandai zaman keemasan tarif di Amerika Serikat, dengan tarif rata-rata mendekati 50 persen. Pada era itu, doktrin yang diadopsi sejak negara AS berdiri menyebar luas: melindungi ekonomi Amerika saat dalam periode industrialisasi.

"Studi menunjukkan pada periode itu tarif memang bantu melindungi perkembangan industri dalam negeri sampai tingkat tertentu," kata Keith Maskus, seorang profesor di Universitas Colorado.

"Tetapi dua faktor yang lebih penting adalah akses ke tenaga kerja internasional, dan modal...yang mengalir di Amerika Serikat," tambahnya.

Seorang pakar ekonom, Richard Wolff memperingatkan bahwa hal itu akan berdampak buruk pada ekonomi konsumen Amerika dan menyebabkan resesi. 

Wolff mengatakan bahwa strategi tarif pemerintahan Trump lahir dari "gagasan Amerika Serikat sebagai korban" yang tidak sesuai dengan sejarah meskipun faktanya "kita telah menjadi salah satu penerima manfaat terbesar dalam 50 tahun terakhir dari kekayaan ekonomi, khususnya bagi orang-orang di atas." 

Menanggapi meningkatnya kekayaan ekonomi di seluruh dunia dan penurunan hegemoni AS yang terkait, Trump dan sekutunya "menyerang orang lain" dalam keputusasaan dan penolakan untuk mengakhiri dominasi imperialis AS. "(Itu) tidak akan berhasil," kata Wolff.

Perekonomian sedang menghadapi turbulensi yang cukup besar (termasuk geopolitik), dengan potensi dampak positif dari reformasi pajak dan deregulasi serta potensi dampak negatif dari tarif dan 'perang dagang,' inflasi yang terus berlanjut, defisit fiskal yang tinggi, dan harga aset serta volatilitas yang masih cukup tinggi," kata Dimon.

Dimon juga menyampaikan nada yang agak tidak menyenangkan mengingat seberapa banyak saham AS telah jatuh dari titik tertingginya baru-baru ini. Menurut CEO JP Morgan, baik saham maupun spread kredit masih berpotensi terlalu optimis.

"Pasar tampaknya masih menilai aset dengan asumsi bahwa kita akan terus mengalami soft landing," kata Dimon. "Saya tidak begitu yakin."

Suara dari Negara lain

Menteri ekonomi Jerman mengatakan premis tarif luas Presiden AS Donald Trump adalah "omong kosong," dan ia berpendapat bahwa Eropa berada dalam posisi yang kuat.

Robert Habeck, yang juga menjabat sebagai wakil kanselir di pemerintahan Jerman yang akan berakhir, mengatakan saat ia tiba di sebuah pertemuan menteri perdagangan Uni Eropa di Luksemburg pada hari Senin bahwa ia dan rekan-rekannya harus bertindak "dengan tenang, hati-hati tetapi juga jelas dan penuh tekad."

Ia mengatakan hal itu berarti “menjadi jelas bahwa kita berada dalam posisi yang kuat — Amerika berada dalam posisi yang lemah.” Ia berpendapat bahwa “kita tidak memiliki tekanan waktu sekarang,” tetapi AS memilikinya.

Habeck mengatakan penting bagi UE untuk bersatu, dengan alasan bahwa upaya masing-masing negara untuk memperoleh pengecualian belum berhasil di masa lalu. Ia menekankan pentingnya perjanjian perdagangan dan kontak dengan kawasan lain di dunia, seperti Amerika Selatan, Asia, dan Pasifik.

Menteri Jerman mengatakan tentang tarif Trump bahwa "bahkan dasar perhitungannya tidak masuk akal: Asumsi bahwa surplus atau defisit anggaran perdagangan merupakan masalah tersendiri adalah estimasi yang salah".

Indonesia mengatakan tidak akan membalas tarif Trump. Indonesia mengatakan tidak akan membalas tarif 32 persen Trump tetapi akan melakukan diplomasi dan negosiasi untuk mencari solusi yang saling menguntungkan.

Indonesia, yang memiliki surplus perdagangan sebesar $18 miliar dengan AS tahun lalu, akan mengumpulkan masukan dari para pemimpin bisnis guna membuat strategi untuk mengatasi tarif dan menemukan cara untuk mengurangi defisit, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pada hari Senin.

“Kami akan meningkatkan volume pembelian sehingga defisit perdagangan sebesar USD 18 miliar dapat dikurangi,” kata Hartarto.

Tiongkok menuduh AS melakukan unilateralisme, proteksionisme, dan intimidasi ekonomi China pada hari Senin dengan tarif, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Lin Jian kepada wartawan.

Minggu lalu, Trump mengenakan tarif tambahan sebesar 34 persen pada barang-barang China, di samping dua putaran tarif sebesar 10 persen yang telah diumumkan pada bulan Februari dan Maret, yang menurut Trump disebabkan oleh peran Beijing dalam krisis fentanil. China dan pemerintah lainnya segera membalas. China mengumumkan tarifnya sendiri sebesar 34 persen pada barang-barang AS.

Lin mengatakan tarif baru tersebut merusak stabilitas produksi global dan rantai pasokan serta berdampak serius pada pemulihan ekonomi dunia.

“Tekanan dan ancaman bukanlah cara untuk menghadapi Tiongkok. Tiongkok akan dengan tegas melindungi hak dan kepentingannya yang sah,” imbuh Lin.

Saham Eropa Anjlok 

Saham Eropa anjlok pada perdagangan awal, dengan DAX Jerman turun 6,5 persen menjadi 19.311,29. Di Paris, CAC 40 turun 5,7 persen menjadi 6.861,27, sementara FTSE 100 Inggris turun 4,5 persen menjadi 7.694,00.

Negosiator perdagangan utama Korea Selatan akan mengunjungi Washington minggu ini untuk menyampaikan kekhawatiran Seoul atas kenaikan tarif pemerintahan Trump.

Kementerian Perdagangan, Industri, dan Energi Korea Selatan mengatakan pada hari Senin bahwa menteri perdagangannya, Inkyo Cheong, berencana untuk bertemu dengan berbagai pejabat AS, termasuk Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer.

Kementerian mengatakan Cheong bertujuan untuk mengumpulkan informasi terperinci tentang kebijakan perdagangan pemerintahan Trump dan terlibat dalam diskusi untuk mengurangi tarif 25 persen yang dikenakan pada produk Korea Selatan.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen sebelumnya menggambarkan langkah Trump sebagai "pukulan telak bagi ekonomi dunia" dan mengatakan UE sedang mempersiapkan tindakan balasan jika pembicaraan tarif.

Suara Tarif Nol

Dalam pidato videonya, Elon Musk di kongres sayap kanan Italia Lega Nord di Florence pada hari Minggu, AS dan UE dapat menciptakan kemitraan yang sangat dekat dan kuat. "Dan bergerak menuju zona tarif nol di masa yang akan datang dengan kawasan perdagangan bebas diantaranya".

Tarif Nol juga diberlakukan khusus untuk Russia. Disamping proses negosiasi telah dimulai dengan Israel, India dan Vietnam.

Suara Obama

Mantan Presiden AS Barack Obama menyerukan kepada rakyat Amerika untuk mempertahankan nilai-nilai dan cita-cita negara mereka yang sedang terancam, dan mengatakan bahwa tergantung pada kita semua untuk memperbaikinya.

Berbicara di hadapan para mahasiswa seni di Hamilton College di New York pada hari Kamis, Obama mengatakan bahwa jabatan yang paling penting dalam demokrasi ini adalah warga negara.

Tergantung pada kita semua untuk memperbaikinya, katanya, tanpa menyebut nama Trump. Ini tidak akan terjadi karena seseorang datang dan menyelamatkan Anda.

Dalam pesan yang kuat dan emosional, mantan Presiden AS Barack Obama memperingatkan bahwa nilai-nilai inti dan cita-cita demokrasi Amerika sedang terancam serius. 

Berbicara langsung kepada rakyat Amerika, Obama tidak menahan diri—mendesak setiap warga negara untuk maju, bertanggung jawab, dan membela prinsip-prinsip yang mendefinisikan bangsa. 

Pernyataannya, “Semua orang harus memperbaikinya,” merupakan seruan untuk bertindak bagi negara yang terpecah belah yang menghadapi meningkatnya ketegangan politik, misinformasi, dan meningkatnya ketidakpercayaan terhadap lembaga.

Pentingnya Tetap Tenang Dilansir dari CNBC, dalam surat tahunannya kepada pemegang saham Berkshire Hathaway pada 2017, Warren Buffett menulis bahwa tidak ada yang bisa memprediksi seberapa jauh harga saham dapat turun dalam waktu singkat. 

Ia mengutip bait puisi klasik karya Rudyard Kipling berjudul 'If', yang menggambarkan pentingnya ketenangan dan keteguhan hati saat menghadapi situasi sulit. 

“Jika kamu bisa tetap tenang saat orang di sekitarmu panik... Jika kamu bisa menunggu dan tidak lelah menanti... Jika kamu bisa percaya pada dirimu saat semua orang meragukanmu... Maka dunia dan segala isinya akan menjadi milikmu.”

Suara seorang Ibu

Ibu Mary Anne Trump tahu yang terbaik, pernah berkomentar tentang putranya, Presiden Trump. "Ya, dia adalah seorang idiot tanpa akal sehat dan tidak ada pengalaman sosial, tetapi dia adalah anak saya. Saya berharap dia tidak berkecimpun masuk di politik. Dia bisa menjadi sebuah bencana. 

Dalam lagu kebangsaan Amerika "The Star Spangled Banner" narasi bait terakhir berbunyi: "Rumah Para Pemberani". Serta semboyan yang tertulis dalam lembaran uangnya: " In God We Trust". I rmol
_____________
Oleh: Jimmy H Siahaan, Eksponen Gema 77/78

Iklan

×
Berita Terbaru Update
close