LAHAT- Tahta untuk rakyat. Itulah spirit kepemimpinan Bursah Zarnubi SE, Bupati Lahat, Sumatera Selatan yang sebelumnya lebih dikenal sebagai aktivis nasional dan mantan anggota DPR-RI. Bursah sangat perduli pemberdayaan masyarakat pedesaan, keadilan sosial dan pemerataan pembangunan. Bursah prihatin dan sedih menyimak laporan Bank Dunia yang menegaskan bahwa sedikitnya 60 % rakyat Indonesia miskin atau sangat miskin. Dia terpanggil dan pulang kampung untuk memimpin Lahat demi rakyatnya yang miskin dan tertindas. Semangatnya adalah membangun basis-basis produksi rakyat desa-daerah di Lahat agar bebas dari kemelaratan dan ketidakadian struktural. Tatkala Bursah mulai memimpin Lahat, dia mencatat ada puluhan ribu rakyat sangat miskin. Jumlah penduduk Kabupaten Lahat per 2025 tercatat 445 ribu jiwa. Mayoritas penduduk Lahat adalah usia produktif (15-59 tahun) dengan jumlah 288,54 ribu jiwa atau 64,86% dari total populasi, tapi sedikitnya 80 ribu orang sungguh miskin.
'' Kita bertindak dan bergerak karena perduli dan cinta kita pada rakyat yang menderita. Strategi pembangunan Lahat harus kita ubah agar lebih tepat guna. Bolehlah berpikir global, bertindak berdasarkan realitas lokal.Think globally, act locally,'' kata Bursah, aktivis senior Indonesian Democracy Monitor (INDEMO) dan Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK) tersebut.
Di tengah krisis global, perubahan iklim, dan ketegangan geopolitik sekarang ini, dimana krisis kemanusiaan di Gaza yang masih berlangsung, perang Rusia dan Ukraina serta konflik India-Pakistan yang belum sepenuhnya reda, Bursah bertekad membangun warga Lahat yang menderita akibat kemiskinan/keterbelakangan. Bursah telah melawat ke Eropa, Amerika dan Australia serta Asia Timur untuk melihat bagaimana negara-negara tersebut sangat kuat komitmen dan visinya bagi pembangunan sektor pangan.
Dalam situasi ekonomi yang pelik dan sulit dewasa ini, Bursah menyadari bahwa ketahanan pangan menjadi isu strategis yang semakin mendesak. Indonesia sebagai negara agraris tentu tidak boleh abai terhadap fondasi utama kedaulatannya yaitu kemampuan menyediakan pangan yang cukup, aman, dan berkelanjutan bagi seluruh rakyat. Untuk mewujudkannya maka dibutuhkan kepemimpinan yang kuat baik dilevel nasional dan daerah. Di sinilah pentingnya kepemimpinan daerah yang komit, visioner dan berpihak kepada rakyat kecil. Bursah Zarnubi menjadi salah satu tokoh yang menonjol dalam hal ini guna mewujudkan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.
Bagi Bursah, memperbaiki irigasi bagi pertanian di Lahat adalah kunci mengatasi kemiskinan pedesaan. Bursah bercerota pada kita bagaimana dia memohon dan mendesak DPRD serta segenap jajaran di Lahat agar komit dan perduli bagi pembangunan waduk guna mempermudah irigasi bagi pertanian di Lahat guna menolong ribuan warga desa untuk bertani secara lebih baik dan cukup sumber daya air. Langkah nyata efisiensi dan realokasi anggaran yang dilakukannya adalah, dengan merealokasi 313 Milyar anggaran belanja daerah untuk membangun bendungan di Kikim Selatan.
Pada 24 April 2025, Bursah Zarnubi, bersama Wakil Bupati Widia Ningsih dan dan disaksikan langsung oleh Wakil Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Mohammad Qodari, melaksanakan ground breaking pembangunan Bendungan Irigasi Air Lingsing di Desa Pagar Jati, Kecamatan Kikim Selatan. Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan dan mendukung swasembada beras di Kabupaten Lahat. Bendungan ini dirancang untuk mengairi lebih dari 1.200 hektar sawah di Kikim Selatan dan Pseksu, menggantikan sistem irigasi lama yang rusak akibat banjir pada 2024. Bursah Zarnubi menegaskan bahwa pembangunan irigasi harus diawasi ketat agar sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan tidak cepat rusak. yang diharapkan dapat menjadi penopang irigasi persawahan disekitar area tersebut. Langkah ini tidak populer di banyak daerah, tapi menjadi krusial dalam membangun fondasi ketahanan pangan yang kuat dari bawah.
Bursah Zarnubi menegaskan pembangunan irigasi harus diawasi ketat agar sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan tidak cepat rusak. Pembangunan irigasi ini diharapkan dapat menjadi penopang irigasi persawahan disekitar area tersebut. Langkah ini tidak populer di banyak daerah, tapi menjadi krusial dalam membangun fondasi ketahanan pangan yang kuat dari bawah.
Sebagai tokoh
nasional yang memiliki jejak rekam panjang dalam dunia aktivis, Bursah Zarnubi
sudah dikenal luas publik tanah air. Berbekal pengalaman panjang dalam
berorganisasi dan dengan jejaring pertemanan luas di nasional, Bursah Zarnubi
menunjukkan bahwa kepemimpinan bukan sekadar seremonial, tapi soal keberpihakan
dan keberanian mengambil keputusan strategis. Dan baru beberapa bulan memimpin
Kabupaten Lahat, Bursah Zarnubi langsung gaspol melakukan langkah
terobosan dengan melakukan efisiensi dan realokasi anggaran dari belanja tidak
produktif ke sektor pertanian, peternakan, perikanan, dan penguatan UMKM.
Visi Bursah
Zarnubi membangun desa dan menata kota dimana prioritas utamanya menguatkan
insfrastruktur pertanian di desa, sejalan dengan agenda besar nasional yang
termuat dalam Asta Cita delapan program prioritas yang diusung oleh Presiden
Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Secara khusus, Asta
Cita ke-6 berbunyi: “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat
daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.” Dalam hal ini, Bursah menjadi
representasi nyata dari cita-cita tersebut, dengan menempatkan desa sebagai
episentrum pembangunan.
Bagi Bursah
Zarnubi, desa bukan hanya tempat tinggal masyarakat agraris, tetapi juga pusat
produksi pangan dan ekonomi lokal. Ia percaya bahwa ketahanan pangan nasional
tidak bisa dibangun di atas ketergantungan impor dan monopoli pangan industri,
melainkan dari kemandirian desa dan kesejahteraan petani. Oleh karena itu,
memperkuat infrastruktur pertanian, mempermudah akses modal bagi petani, dan
memperluas pasar produk lokal menjadi program unggulan di bawah
kepemimpinannya.
Semangat
membangun desa dan menata kota yang dibawanya juga mengubah paradigma kebijakan
lokal. Ketika banyak kepala daerah yang masih sibuk dengan proyek-proyek yang
berorientasi citra, Bursah Zarnubi memilih jalur yang lebih sunyi namun
berdampak: memperkuat fondasi ekonomi desa, diantaranya membangun bendungan
irigasi untuk irigasi sawah, memperkuat insfrastruktur budidaya perikanan dan
peternakan, juga memperkuat sektor perkebunan kopi, dimana kabupaten lahat
adalah salah satu kabupaten penyumbang terbesar bagi Sumatera Selatan. Ia
sadar, keberhasilan membangun ketahanan pangan bukan diukur dari seremoni atau
statistik semata, melainkan dari kestabilan harga pangan, kesejahteraan petani,
dan daya tahan desa terhadap krisis.
Meskipun baru
beberapa bulan saja memimpin Kabupaaten Lahat, namun pengakuan terhadap kinerja
Bursah Zarnubi datang dari banyak kalangan, tidak hanya dari masyarakat lokal,
tetapi juga dari pejabat pemerintah pusat, para tokoh intelektual dan akademisi
juga para aktivis nasional. Banyak pihak menilai bahwa gaya kepemimpinan Bursah
Zarnubi mencerminkan semangat perubahan ala Presiden Prabowo Subiyanto yaitu
tegas, berpihak, dan berorientasi pada hasil.
Dalam banyak
kesempatan, Bursah Zarnubi menyampaikan bahwa keberpihakannya terhadap petani
dan desa adalah bagian dari panggilan sejarah: mengangkat kembali martabat
rakyat kecil sebagai tulang punggung bangsa. Bursah Zarnubi menegaskan, bahwa
ketahanan pangan bukan hanya soal perut, tapi juga soal kedaulatan negara.
Sebuah bangsa tidak akan besar jika petaninya miskin dan desanya tertinggal.
Dalam konteks inilah, apa yang dilakukan oleh Bursah Zarnubi harus menjadi
inspirasi bagi kepala daerah lain di Indonesia. Ketika desa diberdayakan, maka
bangsa ini akan lebih kuat, berdaulat, dan siap menghadapi berbagai tantangan lokal maupun global.
Bupati Lahat Bursah Zarnubi dan Wakil Bupati Widia Ningsih juga sudah mensosialisasikan Koperasi Merah Putih dengan menitikberatkan pada upaya membangun koperasi dari bawah, bottom-up didukung dari atas. Kegiatan itu menjadi langkah konkret dalam mewujudkan visi besar pasangan Bursah Zarnubi dan Widia Ningsih, yaitu Menata Kota, Membangun Desa.
Bursah Zarnubi mengatakan koperasi desa merupakan instrumen penting dalam menciptakan kemandirian ekonomi masyarakat pedesaan. “Kami ingin memastikan bahwa setiap desa memiliki kekuatan ekonomi yang berbasis pada kebersamaan, gotong royong, dan potensi lokal. Ini bukan hanya program, melainkan gerakan membangun dari bawah,” ujar Bursah.
"Sosialisasikan Koperasi Merah Putih dengan menekankan pentingnya arus bawah, membangun dari bawah dengan dukungan dari atas, Pemkab Lahat yang dipimpin Bang Bursah pun dipuji Wamenkop Ferry Juliantono", ungkap seorang warga.
Dari Bumi
Seganti Setungguan , kini harapan itu muncul. Membangun desa dan menata kota
bukan hanya sebagai slogan, tetapi sebagai gerakan nyata. Dan Bursah Zarnubi
telah menyalakan obor itu—obor yang menyinari jalan menuju kemandirian pangan
dari desa untuk Indonesia. Tidak mudah memang, membangun desa menata kota. Tapi semua itu harus dikerjakan dengan baik demi maslahat rakyat. Semoga berarti dan bermakna bagi segenap warga.***
(Laporan dari Lahat/Konfrontasi/dilengkapi berbagai foto kenangan dengan Bang Bursah Zarnubi/berbagai sumber)